Iklan

Tuesday, August 4, 2009

LATAR BELAKANG DAN PENGGUNAAN PARITTA



LATAR BELAKANG
DAN PENGGUNAAN PARITTA


1. Abhaya Paritta
Paritta ini digunakan untuk perlindungan terhadap tanda-tanda jelek, mimpi buruk, dan lain-lain.

2. Aïgulimala Paritta
Paritta ini terdapat di dalam Majjhima Nikàya. Pada suatu hari, Aïgulimala menemui seorang wanita hamil yang mengalami penderitaan melahirkan yang parah. Ia merasa kasihan kepada wanita itu dan menceritakannya kepada Sang Buddha. Sang Buddha mengajari Aïgulimala untuk mengucapkan pernyataan kebenaran agar bisa menolong wanita itu. Kemudian Aïgulimala kembali ke tempat wanita itu, membacakan paritta ini dan penderitaan wanita itupun menjadi berkurang. Ia segera melahirkan anak dengan mudah dan lancar.

Paritta ini digunakan untuk mempermudah kelahiran dan keselamatan ibu yang melahirkan serta anak yang dilahirkan.

3. Atànàtiya Paritta
Paritta ini memberitahu bahwa Mahàrajika (Dewa) Vessavaba (Kuvera) berjumpa dengan Sang Buddha dan mengucapkan paritta ini supaya penganut-penganut Sang Buddha mendapat perlindungan terhadap yakkha dan dewa lain yang jahat.

4. Bojjhaïga Paritta
Terdapat dalam Samyutta Nikàya dan berisikan tentang tujuh faktor untuk mencapai Bodhi (Penerangan Sempurna). Dibacakan untuk menyembuhkan Sang Buddha, Yang Ariya Moggallana dan Yang Ariya Kassapa dari penyakit.

Paritta ini digunakan untuk menyembuhkan penyakit.

5. Buddha Jaya Maïgala Gàthà
Paritta ini dibacakan untuk kejayaan dalam segala usaha.

6. Dhajagga Paritta
Dalam Samyutta Nikàya, Sang Buddha memberitahu penganut-Nya bahwa Dewa-raja Sakka meminta dewa-dewa melihat panjinya atau panji Ketua Dewa Pajapati, Varuna dan Isana, apabila mereka merasa takut sewaktu bertempur dengan asura. Tetapi Sang Buddha menyatakan cara ini mungkin boleh atau tidak boleh membantu mereka karena Dewa-raja Sakka masih segan dan gugup (panik). Sebaliknya, Sang Buddha tak segan dan tidak gugup karena Beliau telah menghapuskan keserakahan (lobha), kebencian (dosa) dan kegelapan batin (moha). Oleh karena itu, pengikut Sang Buddha, apabila seorang bhikkhu atau umat merasa takut, gemetar atau bulu roma berdiri, dia patut mengingat kepada Sang Buddha, Dhamma dan Saïgha. Dengan demikian semua perasaan itu akan hilang.

Paritta ini adalah untuk menghapuskan segala ketakutan, gemetar dan bulu roma berdiri.

7. Dukkhappattàdigàthà
Paritta ini adalah untuk menghapuskan penderitaan dan duka cita.
8. Jaya Paritta
Paritta ini dibacakan untuk kejayaan dalam semua usaha dan untuk kesejahteraan.

9. Karaõãyametta Sutta
Paritta ini terdapat dalam Sutta Nipata. Pada suatu ketika, lima ratus orang bhikkhu sampai ke hutan untuk berlatih meditasi. Dewa-dewi yang tinggal di sana, yaitu di atas pohon-pohon merasa terganggu. Mereka terpaksa turun ke tanah untuk menghormati bhikkhu-bhikkhu tersebut (supaya mereka tidak duduk lebih tinggi dari para bhikkhu). Setelah beberapa hari dewa-dewi merasa hampa lalu menjelma sebagai hantu dan memekik untuk menghalau mereka.

Bhikkhu-bhikkhu itu kembali kepada Sang Buddha untuk mendapat nasihat. Sang Buddha mengajarkan mereka sutta ini, lalu mereka kembali ke hutan itu dan mengucapkan sutta ini. Setelah itu, dewa-dewi merasakan kasih sayang yang dipancarkan dan mereka tidak menghalau para bhikkhu lagi.

Paritta kasih sayang ini dibacakan supaya dewa dan hantu tidak membahayakan atau mengganggu kita.

10. Khandha Paritta
Dalam buku Cullavagga (Vinaya-Pitaka) terdapat kisah seorang bhikkhu yang meninggal karena digigit ular. Sang Buddha memberitahu penganut-Nya bahwa bhikkhu patut memancarkan pikiran kasih sayang kepada ular dengan mengajarkan paritta ini kepada mereka untuk mendapatkan perlindungan.

Paritta ini digunakan sebagai suatu perlindungan dari ular dan semua makhluk, terutama saat berada di dalam hutan.

11. Maïgala Sutta
Paritta ini terkenal sekali dan tercantum dalam Sutta Nipata (Khuddaka Nikàya). Pada suatu malam, seorang dewa berjumpa dengan Sang Buddha dan meminta penjelasan mengenai berkah utama supaya dapat hidup dalam keselamatan.

Paritta ini digunakan bukan hanya untuk perlindungan dari segala bahaya, tetapi juga untuk mencapai keputusan dalam semua jenis masalah.

12. Mora Paritta
Dalam kisah Jataka terdapat cerita mengenai seekor burung merak yang selalu mengucapakan paritta ini sebelum ia keluar mencari makanan setiap pagi hari dan pada malam hari apabila ia hendak tidur. Oleh karena itu, ia tidak pernah tertangkap oleh pemburu.

Paritta ini digunakan untuk keselamatan keluarga siang dan malam, untuk perlindungan apabila keluar dari rumah dan juga untuk mendapatkan kebebasan saat ditawan oleh musuh.
13. Ratana Sutta
Pada suatu ketika, kota Vesali mengalami bencana kelaparan (famine) dan wabah penyakit teruk (epidemic). Banyak orang yang meninggal sehingga mayat mereka yang berbau telah menyebabkan hantu-hantu jahat datang ke Vesali. Karena tidak dapat menyelesaikan tiga masalah ini, Raja Vesali memohon bantuan kepada Sang Buddha. Sang Buddha datang dan mengajarkan Ananda untuk membaca paritta ini selama tujuh malam di sekeliling kota Vesali sambil memercikkan air yang ada dalam patta (mangkok) Sang Buddha. Hantu-hantu meninggalkan tempat itu, penyakit-penyakit menjadi sembuh dan masalah pun terselesaikan.

Paritta ini ada dalam Sutta Nipata dan digunakan untuk menghalau hantu jahat atau penyakit.

14. Saccakiriyagàthà
Ini adalah Pernyataan Perkataan Benar (mengenai perlindungan Buddha, Dhamma dan Saïgha) untuk mendapatkan perlindungan dan kesejahteraan.

15. Tiratanànusaranapàñha
Mengingatkan kita pada Buddha, Dhamma dan Saïgha untuk menghapuskan segala jenis ketakutan, gemetar atau bulu roma berdiri.

16. Vaññaka Paritta
Dalam kisah Jataka terdapat cerita mengenai seekor anak burung. Pada suatu ketika terjadi suatu kebakaran besar di dalam hutan. Untuk melindungi diri dari api yang mendekatinya, anak burung itu ingat kepada Sang Buddha dan membuat pernyataan kebenaran. Api tidak dapat mencapai anak burung itu. Paritta yang berisi pernyataan kebenaran ini dibacakan untuk perlindungan dari bahaya api.