Iklan

Monday, August 3, 2009

PARITTA AVAMANGALA











PARITTA AVAMAðGALA
1. PUBBABHâGANAMAKâRA

Pemimpin Kebaktian :
Handa mayaÿ Buddhasa Bhagavato pubbabhàganamakàraÿ karoma se.
Marilah kita mengucapkan penghormatan awal kepada Sang Buddha, Sang Bhagavà

Bersama-sama :
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammà Sambuddhassa
(tiga kali)

PENGHORMATAN AWAL
Terpujilah Sang Bhagavà, Yang Maha Suci, Yang telah mencapai Penerangan Sempurna. (tiga kali)

2. TISARAöA

Buddhaÿ saraõaÿ gacchàmi
Dhammaÿ saraõaÿ gacchàmi
Saïghaÿ saraõaÿ gacchàmi

Dutiyampi Buddhaÿ saraõaÿ gacchàmi
Dutiyampi Dhammaÿ saraõaÿ gacchàmi
Dutiyampi Saïghaÿ saraõaÿ gacchàmi

Tatiyampi Buddhaÿ saraõaÿ gacchàmi
Tatiyampi Dhammaÿ saraõaÿ gacchàmi
Tatiyampi Saïghaÿ saraõaÿ gacchàmi

TIGA PERLINDUNGAN

Aku berlindung kepada Buddha
Aku berlindung kepada Dhamma
Aku berlindung kepada Saïgha

Untuk kedua kalinya aku berlindung kepada Buddha
Untuk kedua kalinya aku berlindung kepada Dhamma
Untuk kedua kalinya aku berlindung kepada Saïgha

Untuk ketiga kalinya aku berlindung kepada Buddha
Untuk ketiga kalinya aku berlindung kepada Dhamma
Untuk ketiga kalinya aku berlindung kepada Saïgha

3. PABBATOPAMA GâTHâ

Yathàpi selà vipulà Nabhaÿ àhacca pabbatà
Samantà anupariyeyyuÿ Nippothentà catuddisà
Evaÿ jarà ca maccu ca Adhivattanti pàõino
Khattiye bràhmaõe vesse Sude càõóala-pukkuse
Na ki¤ci parivajjeti Sabba mevàbhimaddati
Na tattha hatthãnaÿ bhåmi Na rathànaÿ na pattiyà
Na càpi mantayuddhena Sakkà jetuÿ dhanena va
Tasmà hi paõóito poso Sampassaÿ atthamattano
Buddhe Dhamme ca Saïghe ca Dhãro saddhaÿ nivesaye
Yo dhammacàrã kàyena Vàcàya uda cetasà
Idheva naÿ pasaÿsanti Pecca sagge pamodati.

SYAIR PERSAMAAN DENGAN BATU KARANG

Bagaikan batu karang yang besar, puncaknya menjulang ke angkasa
Berubah dan hancur, karena pengikisan dari empat arah.
Demikian pula kelapukan dan kematian, menguasai semua makhluk, apakah dia ksatria, brahmana, pedagang; pekerja, kasta buangan maupun pembersih jalan.
Tidak seorang pun yang akan terbebas, semuanya pasti menemui kematian.
Dalam hal ini tidak ada tempat bagi gajah-gajah; pasukan, maupun prajurit.
Tiada sesuatu pun dengan mantra perang atau, kekayaan dapat mengatasi kematian
Oleh sebab itulah para bijaksana, setelah melihat manfaat kebajikan bagi dirinya sendiri.

Maka mereka memperkuat keyakinannya kepada Buddha, Dhamma dan Saïgha.
Siapa saja yang melaksanakan Dhamma dengan baik;
dengan pikiran, ucapan, dan perbuatan,
Orang itu sangat terpuji, dan setelah meninggal ia berbahagia di surga.

4. SALLA SUTTA

Animitta mana¤¤ataÿ Maccànaÿ idha jãvitaÿ
Kasiraÿ ca parittaÿ ca Taÿ ca dukkhena saïyuttaÿ
Nahi so upakkamo atthi Yena jàtà na mãyare
Jarampi patvà maranaÿ Evaÿ dhammàhi pànino
Phalànamiva pakkànaÿ Pàto patanato bhayaÿ
Evaÿ jàtàna maccànaÿ Niccaÿ maranato bhayaÿ
Yathàpi kumbhakàrassa Kata mattika bhàjana
Sabbe bhedana pariyanto Evaÿ maccàna jãvitaÿ
Daharà ca mahantà ca Ye bàlà ye ca pandità
Sabbe maccu vasaÿ yanti Sabbe maccu paràyanà
Tesaÿ maccu paretànaÿ Gacchataÿ paralokato
Napità tàyate puttaÿ ¥àtivà pana ¤àtake
Pekkhataÿ yeva ¤atinaÿ Passalàla pataÿ puthu
Ekamekova maccànaÿ Govajjho viya niyati
Evamabbhàhato loko Maccunà ca jaràya ca
Tasmà dhirà na socanti Viditvà loka pariyàyaÿ
Yassa maggaÿ na jànàsi âgatassa gatassa và
Ubho ante asampassaÿ Niratthaÿ paridevasi
Paridevaya màno ce Kincidatthaÿ udabbahe
Sammålho hinsa matthànaÿ
Kayirà cetaÿ vicakkhano
Nahi runnena sokena Santiÿ pappoti cetaso
Bhiyassuppajjate dukkhaÿ Sarãramcupa ha¤¤àti
Kiso vivanno bhavati Hinsa mattàna mattàna
Na tena petà pàlenti Nirattha paridevanà
Soka mappa jahaÿ jantuÿ Bhãyo dukkhaÿ nigacchati
Anutthunanto kàlakataÿ Sokassa vasa maïvagu

A¤¤epi passa gàmino Yathà kammupage nare
Maccuno vasa màgamma Phandante vidha pànino
Yena yenahi ma¤¤anti Tato taÿ hoti a¤¤athà
Etàdiso vinà bhàvo Passa lokassa pariyàyaÿ
Api ce vassa sataÿ jive Bhãyo và panamànavo
¥àti saïghà vinà hoti Jahati idha jãvitaÿ
Tasmà arahato sutvà Vineyya paridevitaÿ
Petaÿ kàlakataÿ disvà Naso labbhà mayà iti
Yathà saranamàdittaÿ Vàrinà parinibbuto
Evam’pi dhiro sappa¤¤o Pandito kusalo naro
Khippamuppatitaÿ sokaÿ Vàto thålaÿ va dhansaye
Paridevanpajappa¤ca Domanassa¤ca attano
Attano sukha mesàno Abbahe salla mattano
Abållha sallo asito Santiÿ pappuyya cetaso
Sabba sokaÿ atikkanto Asoko hoti nibbuto.

SUTTA TENTANG LUKA PENDERITAAN

Kehidupan dari yang bisa mati di dunia ini, adalah singkat dan penuh dengan penderitaan yang tidak dapat dihitung maupun diukur.
Tidak ada alat apapun yang dapat dipergunakan untuk melarikan diri dari kematian
Setelah mencapai usia tua, maka kematian adalah tak terelakkan.

Bagaikan buah setelah masak akan gugur, demikian pula makhluk yang bisa mati setelah dilahirkan harus selalu menghadapi takutnya kematian.
Seperti halnya dengan periuk keramik yang dibuat oleh tukang keramik haruslah pecah pada suatu waktu, demikian pula kehidupan dari makhluk yang bisa mati telah ditentukan untuk berpisah.

Para remaja dan pemuda, yang bijaksana dan yang bodoh, semua ini berada di bawah bayang-bayang kematian.
Tidak ada seorang ayah pun yang dapat menyelamatkan anaknya, tidak ada sanak saudara yang dapat menyelamatkan saudaranya ketika mereka harus berpisah dengan dunia ini.

Ketika sanak saudara berdiri memperhatikan dan meratap, menyaksikan bagaimana makhluk mengalami kematian, seperti sapi yang digiring ke rumah jagal.
Karena makhluk akan disergap oleh kematian dan usia tua, maka para bijaksana setelah mengetahui sifat alami dunia ini, tidak menderita.

Adalah sia-sia jika engkau meratapi yang mati, karena engkau tidak akan pernah tahu kapan mereka datang dan kapan mereka pergi.
Jika ratapan akan menyembuhkan luka hati si peratap, maka biarkanlah para bijaksana meratap.


Kedamaian pikiran tidaklah diperoleh melalui ratapan.
Hal ini hanya akan membawa penderitaan dan melukai tubuh. Meratap hanya akan membuat si peratap lemah dan pucat. Ratapan tidak akan menolong orang yang telah meninggal. Oleh sebab itu, meratap adalah sia-sia.

Dengan tidak melepaskan kesedihan, maka ia justru semakin menderita. Ia hanya akan semakin tenggelam dalam alam kesedihan. Lihatlah bagaimana orang-orang yang terlahir di dunia ini sesuai dengan karmanya, harus gemetar di bawah bayang-bayang kematian.

Dengan cara bagaimanapun manusia berpikir tentang segala sesuatunya, semuanya itu terjadi kebalikannya. Itulah sifat alami yang berlawanan dari segala sesuatu. Dengan demikian telitilah sifat dunia ini.

Walaupun misalkan seseorang dapat hidup seratus tahun atau lebih, ia tetap harus meninggalkan kehidupan ini, dan pada akhirnya kehilangan teman dan sanak saudara.
Oleh sebab itu, dengan mendengarkan para bijaksana dan orang suci dan melihat orang yang meninggal, kendalikanlah kesedihanmu.
Renungkanlah keberangkatan dari orang yang kau cintai dengan berpikir bahwa perpisahan adalah hal yang wajar.

Laksana seseorang berusaha memadamkan rumah yang terbakar dengan air, demikian pula biarkanlah orang yang teguh dan bijaksana menyingkirkan penderitaan, secepat angin meniup segenggam kapas.
Biarkanlah seseorang yang menginginkan kebahagiaan dirinya membuang luka dari ratapan dan penderitaan yang ditanamnya sendiri. Setelah membuang luka itu dan mencapai ketenangan batin, ia akan terberkahi dan terbebas dari penderitaan, mengatasi semua kesedihan.

5. TILAKKHANADIGâTHâ

Sabbe saïkhàrà aniccà’ti Yadà pa¤¤àya passati
Atha nibbindati dukkhe Esa maggo visuddhiyà
Sabbe saïkhàrà dukkhà’ti Yadà pa¤¤àya passati
Atha nibbindati dukkhe Esa maggo visuddhiyà
Sabbe dhammà anattà’ti Yadà pa¤¤àya passati
Atha nibbindati dukkhe Esa maggo visuddhiyà
Appakà te manussesu Ye janà pàragàmino
Athaya­ÿ itarà pajà Tãramevànudhàvati
Ye ca kho sammadakkhàte
Dhamme dhammà-nuvattino
Te janà pàramessanti Macchudheyyaÿ suduttaraÿ
Kaõhaÿ dhammaÿ vippahàya
Sukkaÿ bhàvetha paõóito
Okà anokamàgamma Viveke yattha dåramaÿ
Tatràbhiratimicheyya Hitvà kàme aki¤cano
Pariyodapeyya attànaÿ Cittaklesehi paõóito
Yesaÿ sambodhiyaïgesu Sammà cittaÿ subhàvitaÿ
âdànapañinissagge Anupàdàya ye ratà
Khiõàsavà jutimanto Te loke parinibbutà’ti

SYAIR TENTANG TIGA CORAK UNIVERSAL

Semua yang berkondisi adalah tidak kekal,
bila dengan bijaksana orang melihatnya
Maka dukkha tidak akan ada lagi,
inilah jalan menuju kesucian.
Semua yang berkondisi adalah dukkha,
bila dengan bijaksana orang melihatnya,
Maka dukkha tidak akan ada lagi,
inilah jalan menuju kesucian.

Segala sesuatu (baik yang berkondisi maupun yang tidak berkondisi) adalah ‘tanpa aku’,
bila dengan bijaksana orang melihatnya,
Maka dukkha tidak akan ada lagi,
inilah jalan menuju kesucian.

Di antara orang banyak,
hanya sedikit yang mampu mencapai pantai seberang.
Sebagian besar manusia hilir mudik di pantai sebelah sini.

Tetapi di antara orang banyak,
Yang melaksanakan Dhamma yang telah dibabarkan dengan sempurna.
Dapat menyeberangi alam kematian,
yang sukar untuk diseberangi.
Orang bijaksana akan melenyapkan kegelapan,
terlatih dalam cahaya terang.
Setelah menjalani hidup tak berkeluarga,
Berusaha keras untuk menjalani hidup dalam kesunyian.

Mereka yang menginginkan ‘Cahaya Terang yang Hakiki’
Seharusnya meninggalkan kesenangan dunia
Tanpa memiliki harta dunia,
ia harus membersihkan batinnya.

Orang bijaksana demikian telah memiliki Bodhi
Batinnya telah berkembang sempurna,
telah melenyapkan kemelekatan.
Bahagia dengan pikiran tanpa kemelekatan
Mereka yang bebas dari kekotoran batin
serta bersinar terang
Mencapai Nibbàna dalam kehidupan ini.

6. ARIYADHANA GâTHâ

Yassa saddhà tathàgate acalà supatiññhità
Sãla¤ca yassa kalyàõaÿ ariyakantaÿ pasaÿsitaÿ.
Saïghe pasàdo yassatthi ujubhåta¤ca dassanaÿ
Adaliddoti taÿ àhu amoghantassa jãvitaÿ.
Tasmà saddha¤ca sãla¤ca pasàdaÿ dhammadassanaÿ
Anuyu¤jetha medhàvi saraÿ Buddhàna sàsananti.

SYAIR TENTANG KEKAYAAN MULIA

Ia yang yakin pada Tathagata, kokoh, kuat,
serta tak tergoyahkan,
Mempunyai sila yang baik,
disenangi dan dipuji oleh para ariya.

Dia yang yakin pada Saïgha,
teguh, lurus, dan penuh perhatian,
Mereka (Saïgha) mengatakan: Ia tidak miskin,
Dan tidak akan menderita di akhir hidupnya.

Sebab itu, keyakinan dan sila,
kepercayaan dan penembusan Dhamma,
Haruslah dikembangkan oleh orang Bijaksana,
Dengan selalu ingat pada Ajaran Sang Buddha.

7. DHAMMANIYâMA SUTTA

Evamme sutaÿ. Ekaÿ samayaÿ Bhagavà, Sàvatthiyaÿ viharati, Jetavane anàthapiõóikassa, âràme.
Tatra kho Bhagavà bhikkhå àmantesi bhikkhavo’ti. Bhadante’ti te bhikkhå Bhagavato paccassosuÿ. Bhagavà etadavoca:

Uppàdà và bhikkhave Tathàgatànaÿ anuppàdà và Tathàgatànaÿ, ñhità va sà dhàtudhammaññhitatà dhammaniyàmatà, sabbe saïkhàrà aniccà’ti.

Taÿ Tathàgato abhisambujjhati abhisameti, abhisambujjhitvà abhisametvà àcãkkhati deseti, pa¤¤apeti paññhapeti, vivarati vibhajati utànãkaroti: sabbe saïkhàrà aniccà’ti.

Uppàdà và bhikkhave Tathàgatànaÿ anuppàdà và Tathàgatànaÿ, ñhità va sà dhàtudhammaññhitatà dhammaniyàmatà, sabbe saïkhàrà dukkhà’ti.

Taÿ Tathàgato abhisambujjhati abhisameti, abhisambujjhitvà abhisametvà àcikkhati deseti, pa¤¤apeti paññhapeti, vivarati vibhajati utànãkaroti: sabbe saïkhàrà dukkhà’ti.

Uppàdà và bhikkhave Tathàgatànaÿ anuppàdà và Tathàgatànaÿ, ñhità va sà dhàtudhammaññhitatà dhammaniyàmatà, sabbe dhammà anattà’ti.

Taÿ Tathàgato abhisambujjhati abhisameti, abhisambujjhitvà abhisametvà àcikkhati deseti, pa¤¤apeti paññhapeti, vivarati vibhajati utànãkaroti: sabbe dhammà anattà’ti.

Idamavoca Bhagavà, attamanà te bhikkhå Bhagavato bhàsitaÿ, abhinandun’ti.
SUTTA TENTANG DHAMMA YANG TETAP

Demikianlah telah kudengar:

Pada suatu ketika Sang Bhagavà, bersemayam di dekat savatthi, di hutan Jeta milik Anathapindika.

Sang Bhagavà bersabda kapada para bhikkhu:
“O, para bhikkhu.”
“Ya, Bhante,” jawab para bhikkhu kepada Sang Bhagavà.
Selanjutnya Sang Bhagavà bersabda:

“O, para bhikkhu, apakah para Tathàgata muncul di dunia atau tidak, terdapat hukum yang tetap dari segala sesuatu (dhamma), terdapat hukum yang pasti dari segala sesuatu, bahwa: “Semua yang terbentuk adalah tidak kekal.”

Tathàgata mengetahui dan mengerti sepenuhnya hal itu. Setelah sepenuhnya mengetahui dan mengerti, Ia memaklumkannya, menunjukkannya, menegaskannya, menandaskannya, menjelaskan, menguraikan dan membentangkan, bahwa: “Semua yang terbentuk adalah tidak kekal.”

“O, para bhikkhu, apakah para Tathàgata muncul di dunia atau tidak, terdapat hukum yang tetap dari segala sesuatu (dhamma), terdapat hukum yang pasti dari segala sesuatu, bahwa: “Semua yang terbentuk adalah dukkha.”

Tathàgata mengetahui dan mengerti sepenuhnya hal itu. Setelah sepenuhnya mengetahui dan mengerti, Ia memaklumkannya, menunjukkannya, menegaskannya, menandaskannya, menjelaskan, menguraikan dan membentangkan, bahwa: “Semua yang terbentuk adalah dukkha.”

“O, para bhikkhu, apakah para Tathàgata muncul di dunia atau tidak, terdapat hukum yang tetap dari segala sesuatu (dhamma), terdapat hukum yang pasti dari segala sesuatu, bahwa: “Segala sesuatu adalah tanpa inti.”

Tathàgata mengetahui dan mengerti sepenuhnya hal itu. Setelah sepenuhnya mengetahui dan mengerti, Ia memaklumkannya, menunjukkannya, menegaskannya, menandaskannya, menjelaskan, menguraikan dan membentangkan, bahwa: “Segala sesuatu adalalah tanpa inti.”

Demikianlah sabda Sang Bhagavà. Mendengar sabda Sang Bhagavà tersebut batin para bhikkhu dipenuhi kebahagiaan nan luhur.

8. VIJAYA SUTTA

Caraÿ và yadi và tiññhaÿ Nisinno uda và sayaÿ
Sammi¤jeti pasàreti Esà kàyassa i¤janà
Atthã nahàru sa¤¤uto Taca maÿsà va lepano
Chaviyà kayo paticchano Yathàbhåtaÿ na dissati
Antapåro udarapåro Yakapeëassa vatthino
Hadayassa papphàsassa Vakkassa pihakassa ca
Siïghànikàya khelassa Sedassa ca medassa ca
Lohitassa lasikàya Pittassa ca vasàya ca
Athassa navahi sotehi Asucã savati sabbadà
Akhimhà akkhigåthako Kaõõamhà kaõõagåthako
Siïghànikà ca nàsato Mukhena vamatekadà
Pittaÿ semha ca vamati Kàyamhà sedajjallikà
Ath’assa susiraÿ sãsaÿ Matthaluïgassa påritaÿ
Subhato naÿ man¤¤atã bàlo Avijjàya purakkhato
Yadà ca so mato seti Uddhumàto vinãlako
Apavi¤¤ho susànasmiÿ Anapekkhà honti ¤àtayo
Khàdanti naÿ supànà ca Sigàlà ca vakà kimã
Kàkà gijjhà ca khàdanti Ye ca¤¤e santi pàõino
Sutvàna Buddhavacanaÿ Bhikkhu pa¤¤àõavà idha
So kho naÿ parijànàti Yathàbhåta¤hi passati
Yathà idaÿ tathà etaÿ Yathà etaÿ tathà idaÿ
Ajjhatta¤ca bahiddhà ca Kàye chandaÿ viràjaye
Chandaràga viratto so Bhikkhu pa¤¤àõavà idha
Ajjhagà amataÿ santiÿ Nibbàna padamaccutaÿ
Dipàdako yaÿ asuci Duggandho parihãrati
Nànàkuõa paparipåro Vissavanto tato tato
Etàdisena kàyena Yo ma¤¤e uõõametave
Param và avàjàneyya Kima¤¤atara adassanà’ti.

SUTTA TENTANG KEKOTORAN BADAN

Baik berjalan ataupun berdiri,
baik duduk maupun berbaring
Dibungkukkan atau diluruskan,
itu semua hanya gerak dari badan jasmani.

Tulang-tulang dan otot-otot, dibalut dengan selaput daging
Diselubungi dengan kulit, dengan demikian tidak terlihat yang sebenarnya.

Badan terdiri dari usus, lambung; hati, gelembung air,
Jantung dan paru-paru, ginjal dan limpa kecil.

Terdapat pula ingus, lendir; peluh, getah bening, darah
Getah sambungan, empedu, dan gemuk (gajih).

Melalui sembilan lubang, kotoran terus menerus keluar
Kotoran mata keluar melalui mata, kotoran telinga keluar melalui telinga.
Ingus mengalir melalui hidung, adakalanya kotoran empedu dan lendir dimuntahkan.
Air peluh dikeluarkan dari badan.
Dalam rongga kepala terdapat otak,
seorang dungu karena kebodohannya
Mempunyai anggapan bahwa badan jasmani ini,
adalah suatu rupa yang baik sekali.

Padahal jika badan ini mati,
sebagai bangkai di dalam kuburan
Bengkak-bengkak, biru-biru, dan tersia-sia,
anggota keluarga tidak mengingin-kannya lagi.

Mayat itu mungkin dimakan anjing,
serigala, anjing hutan, cacing-cacing,
Burung gagak, burung nasar,
dan binatang-binatang lainnya.

Demikian sabda Sang Buddha,
yang telah dipuji oleh para Siswa yang bijaksana
Yang dimengerti dengan benar,
karena ia melihat dengan sewajarnya.

Kewajaran seperti ini, itulah kesunyataan,
kewajaran berdasarkan kesunyataan itu, pasti akan terjadi.
Maka lepaskanlah belenggu badan ini,
baik pribadi, maupun luar pribadi.

Bebas dari belenggu, bebas dari keinginan,
yang telah dipuji tinggi para Siswa bijaksana.
Akan diperoleh ketenangan dan ketentraman mutlak, tercapailah Nibbàna.
Badan berkaki dua yang tidak bersih ini,
yang membawa bau busuk dan menjijikkan
Penuh dengan kekotoran,
yang keluar dari berbagai tempat.

Jika dengan badan yang demikian ini,
orang menganggap dirinya tinggi
Dan memandang rendah orang lain,
maka hal ini hanyalah disebabkan oleh kebodohan.

9. PAÑSUKULA GâTHâ

Aniccà vata saïkhàrà Uppàda vayadhammino
Uppajjitvà nirujjhanti Tesaÿ våpasamo sukho.
Sabbe sattà maranti ca Mariÿsu ca marissare
Tathevàhaÿ marissàmi Natthi me eta saÿsayo

SYAIR UNTUK RENUNGAN MENGAMBIL KAIN

Tidak kekal adalah sifat segala sesuatu yang berkondisi
Mereka bersifat muncul (uppada) dan lenyap (vaya)
Setelah muncul mereka akan musnah kembali
Dengan tercapainya keseimbangan
maka tercapailah kebahagiaan.

Semua makhluk akan mengalami kematian
Mereka telah berkali-kali mengalami kematian,
dan akan selalu demikian
Saya pun akan mengalami kematian juga
Keragu-raguan tentang hal ini tidak ada dalam diriku.

10. JäVITAÑ ANIYATAÑ, MARANAÑ NIYATAÑ

(Dibacakan pada upacara pemakaman atau kremasi jenazah)

Aniccàvata saïkhàrà Uppàda vayadhammino
Uppajittvà nirujjhanti Tesaÿ våpasamo sukho
Aciraÿ vatayaÿ kàyo Pathaviÿ adhi sessati
Chuddho apeta vi¤¤àno Niratthaÿ va kaliïgaraÿ
Anabbhito tato àga Ananu¤¤àto ito gato
Yathà gato tathàgato Kà tattha paridevanà
Puttà matthi dhanaÿatthi Iti bàlo viha¤¤ati
Attàhi attano natthi Kuto puttà kuto dhanaÿ

HIDUP TIDAKLAH PASTI, KEMATIAN ADALAH PASTI

Tidak kekal adalah sifat segala sesuatu yang berkondisi, mereka muncul dan lenyap. Setelah muncul mereka akan musnah kembali. Dengan tercapainya keseimbangan maka tercapailah kebahagiaan.

Tidak berapa lama lagi tubuh ini akan terbaring di tanah,
tersia-sia dan tidak memiliki kesadaran
tak berguna seperti batang kayu.

Ia (kematian) datang tanpa diundang,
ia telah memisahkan (kehidupan) tanpa persetujuan. Seperti datangnya, demikian juga cepat perginya.
Maka ratapan apa lagi yang dapat ada di sana?

Orang yang berpikiran picik menyiksa dirinya sendiri dengan berpikir:
“Aku mempunyai anak-anak, aku mempunyai kekayaan.”
Jika dirinya sendiri bukanlah miliknya, kapankah pernah ada anak atau harta yang jadi miliknya?
11. TIROKUôôA SUTTA

Tirokuóóesu titthanti sandhisaïghàtakesu ca
dvàrabàhàsu titthanti àgantvàna sakaÿ gharaÿ
Pahåte annapànamhi khajjabhojje upatthite
na tesaÿ koci sarati sattànaÿ kammapaccayà
Evaÿ dadanti ¤atinaÿ ye honti anukampakà
suciÿ panitaÿ kàlena kappi yaÿ pànabhojanaÿ
Idaÿ vo ¤atinaÿ hotu sukhità hontu ¤àtayo
Te ca tattha samàgantvà ¤atipetà samàgatà
Pahåte annapànamhi sakkaccaÿ anumodare
Ciraÿ jivantu no ¤àti yesaÿ hetu labhàmase
Amhàkaÿ ca katà pujà dàyakà ca anipphalà
Na hi tattha kasã atthi gorakkhettha na vijjati,
Vanijjà tàdisi natthi hira¤ena kayàkkhayaÿ
Ito dinnena yàpenti petà kàlakatà tahiÿ
Unname udakaÿ vattaÿ yathà ninnaÿ pavattati
Evameva ito dinnaÿ petànaÿ upakappati
Yathà vàrivahà pårà paripårenti sàgaraÿ
Evameva ito dinnaÿ petànaÿ upakappati
Adàsi me, akàsi me ¤àtimittà sakhà ca me
Petànaÿ dakkhinaÿ dajjà pubbe kata manussaraÿ
Na hi runnaÿ va soko và yà ca¤¤à paridevanà
Na tà petàna matthàya evaÿ tiññhanti ¤àtayo
Aya¤ca kho dakkhiõà dinnà saïghamhi supatiññhità
Dãgharattaÿ hitàyassa thànaso upakappati

So ¤àti dhammo ca ayaÿ nidassito
Petàna pujà ca katà ulàrà
Bala¤ ca bhikkhåna manuppadinnaÿ
Tumhehi pu¤¤aÿ pasutaÿ anappakanti.

SUTTA PELIMPAHAN JASA UNTUK ARWAH

Di luar dinding-dinding mereka berdiri dan menunggu, dan di persimpangan-persimpangan jalan dan di lorong-lorong, kembali ke rumahnya yang dulu (sewaktu masih hidup), mereka menunggu di luar pagar.

Tetapi ketika pesta pora sedang berlangsung, dengan makanan dan minuman beraneka ragam, kenyataannya tak satu pun manusia yang mengingat makhluk-makhluk yang terlahir akibat karma buruknya yang lampau.
Maka mereka yang berbelas kasihan di hatinya, seharusnya memberi sanak keluarganya yang telah meninggal minuman dan makanan yang murni, dan baik serta tepat untuk saat ini.

“Semoga jasa kebajikan ini melimpah pada sanak keluarga, semoga mereka berbahagia.” Hantu-hantu dari sanak yang meninggal ini, bergerombol dan menanti di sana.

Dengan senang hati mereka akan mendoakan bagi sanaknya untuk makanan dan minuman yang berlimpah: “Semoga sanak kita panjang usia, karena merekalah kita memperoleh persembahan ini.

Karena kehormatan telah diberikan pada kita,
Belum pernah seorang pemberi tidak menerima buahnya.
Karena di sana tiada pertanian, tiada peternakan,
Demikian pun tiada perdagangan dan lalu lintas uang,
Maka arwah-arwah sanak keluarga yang telah meninggal
Hidup di sana dari apa yang diberikan di sini.

Bagaikan air mengalir di bukit, mengalir ke bawah untuk mencapai lembah yang kosong. Demikian pula pemberian yang diberikan di sini dapat menolong para arwah sanak keluarga yang telah meninggal.
Bagaikan sungai-sungai, jika penuh dapat menampung air yang mengalir untuk mengisi laut. Demikian pula pemberian yang diberikan di sini dapat menolong arwah-arwah sanak keluarga yang telah meninggal.
“Ia berikan kepadaku, bekerja bagiku, ia sanakku, sahabatku, kerabatku.”
Memberikan hadiah untuk yang meninggal, memperingati apa yang biasa mereka lakukan.

Bukan tangisan, bukan kesedihan, bukan perkabungan apapun juga yang dapat menolong sanak keluarga yang telah meninggal. Perbuatan demikian, tidak akan menolong mereka.

Tetapi, bila persembahan ini,
dengan baik dihaturkan kepada Saïgha,
Bagi mereka akan bermanfaat lama,
baik di kemudian hari maupun pada saat ini.

Telah diperlihatkan jalan sejati kepada sanak keluarga,
Dan bagaimana menghormati yang telah meninggal,
Dan bagaimana para Bhikkhu dapat diberikan kekuatan pula,
Dan bagaimana engkau dapat menimbun buah-buah jasa yang besar.

(Sutta ini dipetik dari Khuddakanikàya I, Khuddhakapàñha VII, p.7)

12. NIDHIKHAöDHA SUTTA

Nidhiÿ nidheti puriso (gambhãre udakantike;
Atthe kicce samupanne, atthàya me bhavissati)
Rajato và duruttassà, corato pãëitassa và
Iõassa và pamokkhàya, dubbhikkhe àpadàsu và
Etadatthàya lokasmiÿ nidhi nàma nidhãyyati

Tàvassunihito santo, gambhãre udakantike
Na sabbo sabbadàyeva, tassa taÿ upakappati

Nidhi và ñhànà cavati, sa¤¤a vàssa vimuyhati
Nàgà và apanàmenti, yakkhà vàpi haranti naÿ

Appiyà vàpi dàyàdà, uddharanti apassato
Yadà pu¤¤akkhayo hoti, sabba metaÿ vinassati

Yassa dànena sãlena, sa¤¤amena damena ca
Nidhi sunihito hoti, itthiyà purisassa và

Cetiyamhi ca Saïghe và, puggale atithãsu và
Màtari pitari vàpi, atho jeññhamhi bhàtari

Eso nidhi sunihito, ajeyyo anugàmiko
Pahàya gamanãyesu, etaÿ àdàya gacchati

Asàdhàraña - ma¤¤esaÿ, acoraharaño nidhi
Kayiràtha dhãro pu¤¤ani, yo nidhi anugàmiko

Esa devamanussànaÿ, sabbakàmadado nidhi
Yaÿ yaÿ devàbhipatthenti, sabba metena labbhati

Suva¤¤atà susaratà susaõñhànaÿ suråpatà
âdhipaccaÿ parivàro, sabba metena labbhati
Padesarajjaÿ issariyaÿ, cakkavatti - sukhaÿ piyaÿ
Devarajjampi dibesu, sabba metena labbhati

Mànusikà ca sampatti, devaloke ca yà rati
Yà ca Nibbànasampatti, sabba metena labbhati
Mittasampada - màgamma, yoniso ve payu¤jato
Vijjàvimutti vasãbhàvo, sabba metena labbhati

Pañisambhidà vimokkhà ca, yà ca sàvakapàramã
Paccekabodhi Buddhabhåmi, sabba metena labbhati

Evaÿ mahatthikà esà, yadidaÿ pu¤¤asampadà
Tasmà dhãrà pasaÿsanti, Paõóità katapu¤¤atanti.

SUTTA TENTANG PENIMBUNAN HARTA SEJATI

Harta seseorang ditimbun dalam-dalam (di dasar sumur, Ia berpikir: “Bila timbul kebutuhan untuk pertolongan, yang berada di situ untuk menolong diriku.”)

Untuk pembebasanku jika Raja gusar atau untuk uang tebusan kepada perampok bila ditahan sebagai sandera, untuk melunasi hutang, dalam keadaan sukar atau kecelakaan.

Kendati pun diselubungi sebaik-baiknya, sedemikian dalam di dasar sumur, tetapi sama sekali tidak akan cukup untuk kebutuhannya selama-lamanya.

Timbunan itu pindah dari tempatnya atau ia lupa tanda-tandanya, atau naga-naga mengangkutnya, yakkha-yakkha mencurinya.

Mungkin juga keluarganya yang tak menyukainya mengangkutnya jika ia tak berjaga-jaga, dan jika semua jasanya telah habis, harta pun akan lenyap.

Gemar berdana dan memiliki sila, atau pandai menahan diri dan mengendalikan diri, suatu tumpukan jasa telah ditimbun dengan baik bagi seorang wanita atau pria.
Dalam cetiya-cetiya atau dalam Saïgha, dalam perorangan atau dalam tamu-tamu, dalam seorang ibu, dalam seorang ayah, bahkan dalam seorang saudara tua.

Inilah harta yang disimpan paling aman, tak mungkin hilang. Di antara yang ditinggalkan jika harus meninggal, ia membawanya.

Tiada seorang pun yang dapat mengambilnya, perampok-perampok pun tidak dapat merampasnya, maka lakukanlah perbuatan baik (jasa), Inilah harta yang susul-menyusul.

Inilah harta yang memuaskan keinginan para dewa dan manusia
Mereka dapat memperoleh apapun yang mereka inginkan karena buah dari jasa-jasa mereka.

Wajah cantik, suara merdu, kemolekan dan kejelitaan, kekuasaan dan pengikut-pengikut, semuanya diperoleh karena buah jasa-jasa.

Kedaulatan dan kekuasaan, kerajaan besar, kebahagiaan seorang Cakkavatti, kekuasaan dewa di alam surga,
Semuanya diperoleh karena buah jasa-jasa.

Dan setiap kejayaan manusia serta kebahagiaan surgawi, bahkan kesempurnaan Nibbàna, semuanya diperoleh karena buah jasa-jasa.
Miliki sahabat-sahabat mulia (menggunakan akal benar) ia
memperoleh: kebijaksanaan sejati dan pembebasan Semuanya diperoleh karena buah jasa-jasanya.

Pengetahuan analitis Pembebasan,
Kesempurnaan seorang siswa,
Tingkat Pacceka Buddha dan tingkat Buddha
Semuanya diperoleh karena buah jasa-jasanya.

Demikian besar karunia yang diberikan,
yaitu kekayaan jasa-jasa,
Karena itulah Para Bijaksana memujikan untuk menimbun jasa-jasa.

(Sutta ini dipetik dari Khuddakanikàya I, Khuddakapatha VIII, p.8)

13. ABHIDHAMMA

DHAMMASAðGANöI

Kusalà dhammà akusalà dhammà abyàkatà dhammà, katame dhammà kusalà, yasmiÿ samaye kàmàvacaraÿ kusalaÿ cittaÿ uppannaÿ hoti, somanassasahagataÿ ¤aõasampayuttaÿ, råpàram-maõaÿ và saddàrammaõaÿ và, gandhàrammaõaÿ và rasàrammaõaÿ và, phoññhabbàrammaõaÿ và dhammàrammaõaÿ, yaÿ yaÿ và panàrabbha, tasmiÿ samaye phasso hoti avikkhepo hoti, ye và pana tasmiÿ samaye a¤¤epi atthi pañiccasamuppannà aråpino dhammà, ime dhammà kusalà.

VIBHAðGA

Pa¤cakkhandhà, råpakkhandho, vedanàkkandho, sa¤¤àkkhandho, saïkhàrakkhandho, vi¤¤aõa-kkhandho, tattha katamo råpakkhandho, yaïkinci råpaÿ atãtànàgatapaccuppannaÿ, ajjhattaÿ và bahiddha và, olàrikaÿ và sukhumaÿ và, hãnaÿ và panãtaÿ và, yaÿ dåre và santike và, tadekajjhaÿ abhisa¤¤uhitvà abhisaïkhipitvà, ayaÿ vuccati råpakkhandho.

DHâTUKATHâ

Saïgaho asaïgaho, saïgahitena asaïgahitaÿ, asaïgahitena saïgahitaÿ, saïgahitena saïgahitaÿ, asaïgahitena asaïgahitaÿ, sampayogo vippayogo, sampayuttena vippayuttaÿ, vippayuttena sampa-yuttaÿ, asaïgahitaÿ.

PUGGALAPA¥¥ATTI

Cha pa¤¤attiyo, khandhapa¤¤atti, àyatanapa¤¤atti, dhàtupa¤¤atti, saccapa¤¤atti, indriyapa¤¤atti, puggalapa¤¤atti, kittàvatà puggalànaÿ puggala-pa¤¤atti, samayavimutto asamayavimutto, kuppa-dhammo akuppadhammo, parihànadhammo, aparihà-nadhammo, cetanàbhabbo anurakkhanàbhabbo, puthujjano gotrabhå, bhayåparato abhayåparato, bhabbàbamano abhabbàbamano, niyato aniyato, pañipannako phale, thito arahà arahattàya pañipanno.

KATHâVATTHU

Puggalo upalabbhati, sacchikatthaparamatthenàthi, àmantà, yo sacchikattho paramattho tato so puggalo upalabbhati, sacchikatthaparamatthenàti, na hevaÿ vattabbe, àjànàhi niggahaÿ hi¤ci, puggalo upalabbhati, sacchikatthaparamatthena, tena vata re vattabbe, yo sacchikattho paramattho tato so puggalo upalabbhati, sacchikatthaparamatthenàti, micchà.
YAMAKA

Ye keci kusalà dhammà, sabbe te kusalamålà, ye và pana kusalamålà, sabbe te dhammà kusalà, ye keci kusalà dhammà, sabbe te kusalamålena ekamålà, ye và pana kusalamålena ekamålà, sabbe te dhammà kusalà.

PAòòHâNA

Hetu paccayo, àrammaõapaccayo, adhipatipaccayo, anantarapaccayo, samanantarapaccayo, sahajàtapac-cayo, a¤¤ama¤¤apaccayo, nissayapaccayo, upanis-sayapaccayo, purejàtapaccayo, pacchàjàtapaccayo, asevanapaccayo, kammapaccayo, vipàkapaccayo, àhàrapaccayo, indriyapaccayo, jhànapaccayo, magga-paccayo, sampayuttapaccayo, vippayuttapaccayo, atthipaccayo, natthipaccayo, vigatapaccayo, avigata-paccayo.

14. ETTâVATâ

Ettàvatà ca amhehi
Sambhataÿ pu¤¤a sampadaÿ
Sabbe devà anumodantu
Sabba sampatti siddhiyà

Ettàvatà ca amhehi
Sambhataÿ pu¤¤a sampadaÿ
Sabbe bhåtà anumodantu
Sabba sampatti siddhiyà

Ettàvatà ca amhehi
Sambhataÿ pu¤¤a sampadaÿ
Sabbe sattà anumodantu
Sabba sampatti siddhiyà
Idaÿ vo ¤àtinaÿ hotu
Sukhità hontu ¤àtayo (3x)

âkàsatthà ca bhummatthà
Devà nàgà mahiddhikà
Pu¤¤aÿ taÿ anumoditvà
Ciraÿ rakkhantu ........ (sebutkan nama almarhum/mah)

âkàsatthà ca bhummatthà
Devà nàgà mahiddhikà
Pu¤¤aÿ taÿ anumoditvà
Ciraÿ rakkhantu tvaÿ sadà’ti.

Sàdhu! Sàdhu! Sàdhu!

PENYALURAN TIMBUNAN JASA

Sebanyak kami telah
Mencapai dan mengumpulkan jasa
Semoga semua dewa turut bergembira
Agar mendapat keuntungan beraneka warna.

Sebanyak kami telah
Mencapai dan mengumpulkan jasa
Semoga semua makhluk halus turut bergembira
Agar mendapat keuntungan beraneka warna.

Sebanyak kami telah
Mencapai dan mengumpulkan jasa
Semoga semua makhluk hidup turut bergembira
Agar mendapat keuntungan beraneka warna.
Semoga jasa-jasa ini melimpah
Pada sanak keluarga yang meninggal,
Semoga mereka berbahagia. (3x)

Semoga para makhluk di angkasa dan di bumi,
Para dewa dan naga yang perkasa,
Setelah menikmati jasa-jasa ini,
Selalu melindungi ........ (sebutkan nama almarhum/mah)

Semoga para makhluk di angkasa dan di bumi,
Para dewa dan naga yang perkasa,
Setelah menikmati jasa-jasa ini,
Selalu melindungi kita selamanya.

Sàdhu! Sàdhu! Sàdhu!